jika tidak ada silahkan cari disini
Himbauan kepada orang tua “Anak Jangan terlalu sering dibentak, karena akan berpengaruh sama psikologi anak itu sendiri, dan dalam perkembangannya anak akan sulit membedakan mana yang baik dan mana yang buruk, sebab anak tersebut dalam bertindak selalu berpegangan pada “ jangan-jangan Bapak Marah-Jangan2 Ibu Marah” atau dengan kata lain “orangtua setuju gak ya..!?
Masa lalu yang selalu mengganggu, mungkin ini tak layak dipublikasikan, ada yang beranggapan bahwa telalu membesar-besarkan persoalan yang sebenarnya remeh dan suatu yang wajar dalam lingkungan keluarga. Namun bagi saya yang mengalami “Saya yang merasakan” sepertinya juga perlu untuk meluapkan segala perasaan yang saya pendam selama ini “Hubungan Satu Keluaga yang Kurang Harmonis”- khususnya hubungan anak dengan sang ayah. Karena selama ini saya merasa sifat ayah tidakseperti kebanyakan sikap ayah kepada anak. Saya sebenarnya juga tidak begitu paham, hanya saja saya Cuma bergumam dalam hati “kenapa ayah saya segitu keras kepada anak-anaknya. Dan selalu merasa Super (superioritas)- selalu dikedepankan, tanpa menghiraukan lingkungan sekitar.
Seorang anak yang merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari kedua orang tua. Kisah ini berawal dari anak ketika umur 5+ tahun, ketika itu anak tersebut di bawa merantau ke pulau jawa dengan melintasi laut yang kala itu kira2 ditempuh selama 13 jam barada diatas laut, dengan tujuan mulia sang anak dibawa oleh sang ayah merantau untuk mencari ilmu, tepatnya di pondok pesantren, anak kecil tersebut akhirnya dititipkan di pondok pesantren itu, walaupun anak kecil itu terus menangis ketika harus dipisah oleh orang tuanya.
Setelah kira-kira setahun anak itu ditinggal dipesantren, kemudian anak kecil tersebut di ambil kembali oleh sang ayah guna dipindahkan ke pesantren di kota lain, ya demi menciptakan dan membentuk anak yang benar2 sholeh dan taat pada tuhannya serta kedua orang tua. Dipondok baru itulah anak kecil tersebut melanjutkan masa-masa kecilnya tanpa pendamping orang tua, dipondok tersebut para santri kecil2 didampingi kakak asuh yang mengurus mereka, yang mandiin , megurus segala kebutuhan sekolah mengaji dan lain2. anak kecil itu menghabiskan masa kira-kira 3tahun di pesantern keduanya, anak itu sudah menginjak umur 9 th. Setelah umur 9 th peraturan dipondok itu anak hars dipindah, mengingat pondok itu husus anak kecil yang memang laki-perempuan membaur. Dan sepenunya diserahkan sepenuhnya kepada orang tua apakah masih ingin melanjutkan di pesantren ataukah memilih pendidikan formal.
Setelah melalui berbagai pertimbangan sang ayah berniat menyekolahkan terlebih dahulu sang anak kejenjang Sekolah Dasar (SD), sang anak dibawa pulang kekampung halaman untuk bersekolah SD, beberapa hari setelah sampai dikampung,akhirnaya sang anak dites di salah satu SD untuk menetapkan masuk dikelas berapa yang layak untuk anak seusia itu, akhirnya sang anak langsung diterima dengan bagus langsung kelas 3.
Tahun demi tahun anak tersebut selama di SD selalu mendaptkan Ranking kelas terbaik,dan akhirnya sampai di kelas enam juga mendaptkan nilai kelulusan yang bagus, disamping pestasi-prestasi lainnya.
Namun sebelum mengetahui hasil Ujian Nasional-nya anak yang sudah akan menginjak umur 13 tahun itu diajak lagi oleh sang ayah untuk melanjutkan cita2 sang ayah kembali kepesantren demi memperdalam lagi ilmu-ilmu agama. Dan begitulah selamanya sang anak menghabiskan waktu di pondok pesantren, yang sehingga sang anak merasa sudah akrab dengan dunia pesantren bahkan tidak terbesit sediktpun untuk kembali kekampung halamannya hingga saat anak menginjak umur 30 tahun.
Namu sampai saat ini apakah anak tersebut berhasil meraih cita2 yang diharapkan oleh orang tua ?atau malah sebaliknya . . . ?
APA YANG SEBENARNYA TERJADI TERHADAP ANAK ITU . . NEXTtime
Label: Pendidikan di Bawean